Bagi banyak orang, melayang di udara tanpa bobot terlihat sangat menyenangkan. Kita membayangkan astronaut spaceman bersalto di udara, meminum air yang melayang seperti bola agar-agar, dan tidur tanpa perlu kasur empuk.
Namun, bagi tubuh manusia, gravitasi nol (mikrogravitasi) adalah mimpi buruk fisiologis.
Tubuh kita adalah hasil evolusi jutaan tahun yang dirancang khusus untuk hidup di bawah tarikan gravitasi Bumi (1G). Ketika gravitasi itu dihilangkan, tubuh mengalami kebingungan biologis yang memicu serangkaian perubahan ekstrem, mulai dari tulang yang keropos hingga bentuk bola mata yang berubah.
Mari kita bedah apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh seorang Spaceman saat meninggalkan Bumi.
1. Sindrom “Wajah Bulan” dan “Kaki Ayam”
Perubahan pertama yang dirasakan astronaut bukanlah rasa mual, melainkan perpindahan cairan tubuh (Fluid Shift).
Di Bumi, gravitasi menarik darah dan cairan tubuh kita ke arah kaki. Jantung bekerja keras untuk memompa darah ke atas melawan gravitasi. Saat masuk ke lingkungan nol gravitasi, tarikan ke bawah itu hilang, tetapi jantung tetap memompa dengan kekuatan yang sama.
Akibatnya, sekitar 2 liter cairan tubuh naik dan menumpuk di area dada dan kepala.
- Efek Wajah: Wajah astronaut akan terlihat bengkak dan membulat (sering disebut Moon Face). Mereka juga akan merasa hidung tersumbat terus-menerus, mirip gejala flu berat, karena sinus yang penuh cairan.
- Efek Kaki: Sebaliknya, kaki mereka kehilangan volume cairan dan menjadi sangat kurus (Chicken Legs).
2. Tulang dan Otot yang Melarut
Ini adalah bahaya jangka panjang yang paling serius. Prinsip tubuh manusia sangat efisien: “Use it or lose it” (Gunakan atau hilang).
Di Bumi, sekadar berdiri tegak saja membutuhkan kerja otot punggung dan kaki untuk melawan gravitasi. Di luar angkasa, “berdiri” tidak membutuhkan tenaga sama sekali. Anda hanya mengapung.
- Atrofi Otot: Karena tidak digunakan, massa otot menyusut dengan cepat. Jantung (yang juga otot) bahkan bisa mengecil karena tidak perlu bekerja keras memompa darah.
- Osteoporosis Instan: Tanpa beban gravitasi, tulang merasa tidak lagi dibutuhkan untuk menopang tubuh. Tulang mulai melepaskan kalsium ke dalam aliran darah dan keluar lewat urin. Astronaut bisa kehilangan 1% hingga 2% kepadatan tulang mereka setiap bulan. Sebagai perbandingan, lansia di Bumi kehilangan jumlah itu dalam setahun.
Itulah sebabnya astronaut di ISS wajib berolahraga keras (treadmill dan angkat beban khusus) selama 2 jam setiap hari hanya untuk meminimalisir kerusakan ini.
3. Kerusakan Penglihatan (SANS)
Salah satu misteri medis terbaru yang ditemukan NASA adalah Spaceflight Associated Neuro-ocular Syndrome (SANS).
Banyak astronaut yang pulang dari misi panjang mengeluhkan penglihatan mereka menjadi kabur. Ternyata, cairan yang menumpuk di kepala (akibat poin nomor 1 di atas) meningkatkan tekanan di dalam tengkorak. Tekanan ini menekan bagian belakang bola mata hingga menjadi pipih/datar, merusak saraf optik.
Bagi beberapa astronaut, perubahan penglihatan ini bisa pulih setelah kembali ke Bumi, namun bagi yang lain, kerusakannya bersifat permanen.
4. Ancaman Tak Terlihat: Radiasi Kosmik
Di Bumi, kita dilindungi oleh medan magnet (magnetosfer) yang menangkis sebagian besar radiasi berbahaya dari Matahari dan galaksi.
Di stasiun luar angkasa (yang masih di orbit rendah), perlindungan ini masih ada sedikit. Namun, jika manusia pergi ke Bulan atau Mars, mereka keluar dari payung pelindung ini. Paparan radiasi kosmik berenergi tinggi dapat merusak DNA manusia, meningkatkan risiko kanker secara drastis, dan merusak sistem saraf pusat.
Kesimpulan: Tantangan Terbesar Menuju Mars
Teknologi roket seperti SpaceX Starship mungkin sudah siap membawa kita ke Mars dalam beberapa tahun ke depan. Namun, pertanyaan besarnya adalah: Apakah tubuh penumpangnya sanggup bertahan?
Perjalanan ke Mars memakan waktu 7 bulan (sekali jalan). Tanpa gravitasi buatan, para penjelajah Mars mungkin akan mendarat di Planet Merah dengan tulang yang rapuh, otot yang lemah, dan penglihatan yang kabur—kondisi fisik yang sangat berbahaya untuk membangun koloni di planet asing.
Mempelajari dampak mikrogravitasi bukan hanya soal kesehatan astronaut, tapi kunci utama bagi masa depan umat manusia sebagai spesies antarplanet.

